Friday, May 27, 2011

Baking Soda Atasi Serangan Asma Berat

Larutan infus dari sodium bikarbonat, atau yang dikenal dengan
sebutan baking soda, mampu untuk mengurangi sumbatan saluran nafas dan
peningkatan keasaman cairan tubuh pada anak-anak yang disebabkan karena
serangan asma berat.
Pada saat terjadi gangguan aliran udara pada penderita asma, akan
menyebabkan tingkat keasaman dari cairan tubuh meningkat, yang disebut
dengan Asidosis. Asidosis ini akan mengakibatkan kurangnya kekuatan kontraksi
jantung dan juga obat bronkodilator (melebarkan saluran nafas bronkus), golongan
beta agonis menjadi berkurang efeknya. Penderita akan terlihat mempunyai nafas
yang cepat dan dangkal.
Menurut penelitian yang dikumpulkan dalam Jurnal Chest April 2005, peneliti dari
Belanda melakukan analisa terhadap data dari 73 anak yang masuk ke ruang ICU
rumah sakit Erasmus MC-Sophia Children''s Hospital di Rotterdam, akibat serangan
asma yang membahayakan jiwa. Anak-anak tersebut diberikan infus sodium
bikarbonat, disertai dengan perawatan rutin dalam mengatasi gangguan
pernafasannya.
Sebanyak 17 anak yang diberikan infus sodium bikarbonat, memperlihatkan
penurunan bermakna dari tingkat keasaman, dan 16 pasien mengalami perbaikan
dalam gangguan pernafasannya dan tingkat kesadaran. Dalam darah juga terlihat
terjadi penurunan kadar karbondioksida secara bermakna. Infus sodium bikarbonat
diberikan pada 14 orang anak sebagai usaha terakhir sebelum mereka diberikan
alat bantu pernafasan (respirator). Hasilnya, hanya satu orang saja yang tetap
menggunakan ventilator. Tapi semua pasien selamat.
Sebenarnya, pengobatan dengan sodium bikarbonat diketahui untuk melebarkan
saluran nafas bronkus yang menyempit dan memperbaiki respon dari obat
bronkodilator, tapi sering dihindari pemakaiannya oleh para dokter karena
dikhawatirkan dapat meningkatkan tingkat karbondioksida dalam darah.
Sementara itu, peneliti dari Universitas Michigan, Dr. William Bria mengatakan dari
hasil penelitiannya bahwa banyak penderita asma yang menderita kesulitan
bernafas pada malam hari. Namun, dengan pemberian terapi yang tepat
terhadap kondisi tersebut dapat membantu menangani masalah tersebut. Banyak
di antara mereka yang menderita seperti itu, dan selama ini kami selalu
mengatakan masalah gangguan pernafasan di malam hari adalah hal yang
berbeda dan tidak ada kaitannya satu sama lain dengan penyakit asma yang
mereka derita.
"Sekarang kami menyadari bahwa ada kaitan satu sama lalin antara gangguan
pernafasan saat tidur di malam hari dengan penyakit asma yang mereka derita,"
kata Dr. William Bria kepala unit yang menangani program saluran udara bagi
penderita asma dari Universitas Michigan.
Timnya, mempelajari hubungan gagnguan pernafasan saat tidur malam hari, dan
telah melakukan penelitian lebih lanjut dengan memberikan sejumlah pertanyaan
kepada para pasien penderita asma yang telah menerima sejumlah obat secara
rutin namun masih mengalami gangguan pernafasan terutama saat tidur malam
hari. Dari 115 pasien yang diteliti dan dipelajari pertkembangan kesehatannya
sejauh ini sebagian besar di antaranya menderita asma berat.
Dari hasil penelitian sebelumnya ditemukan 49 persen wanita dan 33 persen pria
memilki risiko tinggi terhadap gangguan pernafasan sewaktu tidur malam yang
disebut sleep apnea. Sleep apnea adalah kondisi dimana terjadi berhentinya
kegiatan bernafas untuk beberapa waktu singkat pada saat seseorang sedang
dalam keadaan tidur malam.
"Hal itu memperlihatkan kepada kita bahwa lebih banyak penderita asma yang
harus diselidiki dan diamati kebiasaan tidurnya, Pada saat pasien menderita asma
maka dokter mereka harus lebih memberikan perhatian apakah mereka sudah
cukup banyak menghisap alat bantu pernafasan (inhaler) mereka (obat asma
dalam tabung yang harus digunakan setiap hari dengan dosis yang telah
ditentukan)," kata Bria.
Sleep apnea dapat ditanggulangi dengan pemberian dosis obat alat bantu
terutama dengan menggunakan masker inhalasi. Bria mengatakan Universitas
Michigan juga melakukan penelitian terhadap pasien asma yang akut namun
memperoleh peningkatan kesehatan dengan alat bantu pernafasan dan
mengatakan hasil awal therapi cara itu sangat menjanjikan. Dari hasil penelitian
tersebut juga ditemukan 55 persen dari pasien asma mengatakan mereka
mengalami rasa kantuk di siang hari akibat dari sleep apnea.
Bria menjelaskan, ia yakin bahwa kedua kondisi berkaitan dengan reaksi tubuh
yang mengalami inflamasi. Hasil akhir yang didapat dari jawaban atas deretan
pertanyaan yang diajukan kepada pasien yang ditangani Universitas Michigan
akan dibawa ke petermuan masyarakat Thorax Amerika di San Diego yang akan
dilaksanakan dalam waktu mendatang tahun ini juga. (to/is)