Sunday, May 29, 2011

Gula Bukan Penyebab Diabetes ?

Biasanya, diabetes atau kencing manis selalu dikaitkan oleh gula
sebagai biang keladi penyebabnya. Namun, sebuah penelitian menyimpulkan
bahwa penyebab diabetes bukan karena terlalu banyak mengkonsumsi gula.
Sebenarnya, bila melihat dari jenis gula dan sumbernya, tudingan itu bisa langsung
dipatahkan. Sebab, terdapat banyak sekali jenis gula. Dalam bentuk murni,
berbagai jenis gula tersebut memiliki nama masing-masing, seperti fruktosa (gula
buah), galaktosa, glukosa, laktosa (gula susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol,
seperti sorbitol dan xilitol. Di samping itu, bila dilihat dari sumbernya, maka gula bisa
dibedakan, yakni madu, sirup jagung dan molase. Molase merupakan sirup kental,
lazimnya berwarna cokelat gelap yang dihasilkan selama penyaringan gula.
Semua gula pada dasarnya sama. Tidak terdapat satu pun yang memberikan
keuntungan gizi signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan molase yang
mayoritas gulanya sudah dihilangkan/dikeluarkan. Molase kaya akan zat besi,
sedangkan madu sarat flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai antioksidan.
Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti dalam buah blewah, jeruk, kismis,
mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus kesehatan yang berasal dari
makan buah terletak pada kandungan vitamin, mineral, serat, dan flavonoidnya,
bukan pada jenis gula yang dikandung oleh buah.
Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih manis daripada jenis-jenis
gula lain (hampir dua kali kemanisan sukrosa) sehingga diperlukan sedikit saja untuk
membuat makanan terasa manis. Sebaliknya, tingkat kemanisan xilitol dan sorbitol
jauh lebih rendah dibandingkan dengan jenis-jenis gula lain sehingga harus
digunakan lebih banyak untuk memunculkan rasa manis. Tubuh membutuhkan
gula. Glukosa, yang merupakan gula utama dalam darah dan bahan bakar dasar
bagi tubuh, esensial untuk berfungsinya seluruh sel, terutama sel-sel otak.
Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan
tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan
pada makanan-makanan yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada
beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari pemecahan protein atau lemak.
Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah
tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam makanan
tersebut telah berbentuk sangat sederhana. Misalnya, selama pencernaan, sukrosa
dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui
dinding-dinding usus halus serta melintasi sel-sel tubuh dan hati. Dengan bantuan
insulin, yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap glukosa dan
menggunakannya sebagai energi. Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk
glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa
pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa
oleh hati.
Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam amino-balok-balok
pembangun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya,
diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh.
Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah
yang tinggi melebihi batas-batas normal. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya
kadar insulin dalam darah, atau karena tubuh tidak dapat memakai insulin dengan
baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh dan mempunyai fungsi
penting dalam metabolisme glukosa. Sel memerlukan insulin agar gula yang ada di
dalam darah dapat masuk ke dalam sel dan dipakai sebagai sumber energi. Bila
jumlah insulin kurang, tentu saja gula tidak dapat diserap ke dalam sel dan tetap
beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi.
Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai penderita DM tipe I. Ada
keadaan lain dimana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau berkurang sedikit, tapi
sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Keadaan ini disebut
resistensi insulin. Penderita yang mengalami resistensi insulin dan atau defisiensi
insulin relatif disebut sebagai penderita DM tipe II. Jadi, penyebabnya bukan karena
kelebihan konsumsi gula memang amat berbahaya bagi pengidap diabetes.
Mereka harus membatasi konsumsi gulanya. Tetapi, gula tidak menyebabkan
diabetes.
Janket dan empat koleganya dari Harvard Medical School and Harvard School of
Public Health, Boston, Amerika Serikat, meneliti secara prospektif apakah konsumsi
total atau jenis gula berhubungan dengan risiko munculnya diabetes tipe-2, yaitu
diabetes tipe yang tidak tergantung pada insulin. Studi yang diikuti selama ratarata
enam tahun itu meneliti 39.345 perempuan berumur minimal 45 tahun ke atas
yang dipilih secara acak. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi gula tidak tampak
berisiko terhadap perkembangan diabetes tipe-2.
Kegemukan mungkin merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe-2. Dan,
sebagaimana sudah dinyatakan di atas, gula bukan penjahat utama di belakang
kebanyakan kasus kegemukan. Riwayat keluarga berpenyakit diabetes dan usia
yang telah lanjut merupakan faktor-faktor penting lain penyebab diabetes. Tidak
ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau Anda
penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap karbohidrat. Penderita
diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang manis. Namun,
menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.
Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk
susu. Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak melebihi 15 persen dari total energi
per hari. Kendati begitu, perlu diingat bahwa sebagian besar makanan manis
mengandung lemak dan energi yang tinggi, tetapi zat gizinya relatif rendah. Karena
itu, ada baiknya melakukan pola makanan seimbang, yakni rendah lemak dan
tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula. Dengan pola makan seimbang,
Anda secara otomatis akan membatasi konsumsi gula. (to/kmp)