Sunday, May 29, 2011

Habatussauda, Obat Segala Penyakit

Kalangan medis menolak keras adanya sebuah herba yang bisa
menyembuhkan penyakit. Tapi, ketika ilmuwan muslim melakukan uji klinis dan
menyimpulkan hasilnya, mereka baru mengakui kebenarannya tersebut.
Rasullulah SAW bersabda: "Hendaklah kamu menggunakan habatussauda karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali
mati." (HR. Abi Salamah dari Abi Huraiah r.a)
Habatussauda adalah biji hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan
digunakan secara luas oleh masyarakat India dan Timur Tengah untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Nigella Sativa Semen adalah biji dari Nigella Sativa
yang dapat mereproduksi dengan sendirinya, di mana biji-biji tersebut sebelumnya
berwarna putih kemudian setelah matang akan berwarna hitam (Nigella).
Nigella Sativa Semen telah diketahui dengan beberapa nama yang sangat
bervariasi diberbagai tempat, antara lain Black Caraway, Black Cumin (Kalaonji),
Black Seed, Blessed Seed (Biji yang diberkati), Habbatul Barakah.
Habbatussauda bermula ditemukan di makam Tutankhamen di Yunani Kuno
dimana pada saat itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk
membantu diakhir hidupnya. Biji habbatussauda mengandung 40% minyak constan
dan 1,4% minyak aviari, juga mengandung 15 amino acid, protein, calsium, zat besi,
sodium dan pottasium. Sedangkan komposisi paling penting adalah: Thymoquinone
(TQ), Dithymouinone (DTQ),Thymohydroquinone (THQ) dan Thymol (THY).
Imuniti adalah kemampuan tubuh untuk menciptakan kekebalan khusus, kuat dan
sempurna untuk melawan segala unsur yang menyerang tubuh. Imuniti ini terbentuk
dari jaringan limpa dan sel-sel limpa yang menghasilkan antibodi yang berfungsi
menghancurkan mikroba yang menyerang tubuh yang disesuaikan dengan
susunan dan sifatnya.
Sel Limpa atau Lymph Cell merupakan senjata khusus paling banyak yang selalu
siap sedia menghadapi serangan apapun, termasuk menghadapi racun yang
membinasakan. Sel Limpa ada dua macam: Pertama B Lymphocites yang
terbentuk dalam sumsum tulang, lalu menyebar ke seluruh tubuh dan berpusat di
darah dan limpa; Kedua, T-Lymphocite, terbentuk juga di sumsum tulang, sebelum
tumbuh sempurna, sel ini mengarah ke thymus, kelenjar dekat tenggorokan. Setelah
matang, sel terbagi menjadi tiga yaitu, The Helper T-Cell, Killer Cell Orcytoxic dan
suppressor cells ts.
Gambarannya, masing-masing dari The Helper T-cell, Killer cell orcytoxic dan
suppresor cell ts berusaha mengenal sel-sel yang diserang dalam tubuh, yang
berarti di dalamnya ada materimateri yang aneh dan sekaligus memusnahkannya.
Lalu, sel-sel darah putih dengan tiga jenisnya aktif menyemprotkan enzim yang
berbedabeda, menarik dan mengumpulkan sel-sel imuniti ke tempat peradangan.
Jadi, setiap kali ada materi asing yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka
lymphocite cell baik B maupun T, menjadi aktif, menyebar ke seluruh tubuh dan
membentuk pasukan yang banyak dari sel-sel imuniti.
Pada tahun 1986, Dr. Ahmad Al Qadhy dan rekan-rekannya melakukan penelitian
di Amerika tentang pengaruh habatussauda terhadap sistem kekebalan tubuh
(imuniti) manusia.
Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama:
Kelebihan prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan
ada sedikit kelebihan atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.
Penelitian tahap kedua dengan melibatkan 18 sukarelawan yang badan mereka
terlihat sehat dan segar. Mereka dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok diberi
satu gram habatussauda setiap harinya, dan kelompok lain diberi karbon. Selama
empat pekan mereka mengkonsumsi habatus dan karbon yang sudah dikemas
dalam butir-butir kapsul.
Hasilnya, habatus menguatkan tugas-tugas imuniti dengan tambahan prosentase
The Helper T-lymphocytes cell atas supressor cell-ts. Jadi, sistem kerja
habatatussauda dalam tubuh manusia adalah dengan memperbaiki, menjaga dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit.
Dalam sistem kekebalan tubuh manusia, habatussauda adalah satu-satunya
tatanan yang memiliki senjata khusus untuk menghancurkan segala macam
penyakit. Sebab, setelah sel paghocytosis menelan kuman-kuman yang
menyerang, ia membawa bakteri antigenic ke permukaannya, kemudian
menempel dengan sel lymph, untuk mengetahui bagaimana sususnan mikrobanya
secara mendetil, lalu memerintahkan masing-masing sel T-lymphocytes untuk
memproduksi antibodies atau sel T-spesific, khususnya adalah antigenic yang jug
dibangkitkan untuk berproduksi.
Dinding sel B-Lymphocytes memiliki kurang lebih 100 ribu molekul dari antibodies
yang saling bereaksi secara khusus dan dengan kemampuan yang tinggi dengan
jenis khusus yang ditimbulkan oleh antigenic dalam mikroba. Antibodies menyatu
dengan sel T- Lymhocytes, lalu bersama-sama dengan antigenic melawan mikroba,
sehingga mikroba tidak dapat berkerja dan sekaligus bisa menghancurkannya.
Dengan demikian, kekebalan itu merupakan kekebalan khusus untuk menghadapi
setiap hewan asing yang masuk ke dalam tubuh. Karena, habatussauda
mempunyai kekebalan spesifik yang didapat secara otomatis, yang memiliki
kemampuan berbentuk antibodies dan senjata sel serta pengurai khusus untuk
setiap hewan asing yang masuk dan menyebabkan penyakit.
Menurut Dr. Al Qadhy, habatusaudah juga mempunyai kemampuan lain, seperti
untuk melawan bermacam-macam virus, kuman dan bakteri yang masuk ke dalam
tubuh manusia. "Karena itu, kami dapat menetapkan bahwa di dalam
habatussauda terdapat kesembuhan untuk segala macam penyakit. Karena
peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh, suatu
sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam penyakit, yang
bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki
kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau
sebahagian di antaranya untuk menyembuhkan segala penyakit," ungkap Al
Qadhy.
"Kata syifa' dalam bentuk indefinitif di berbagai hadis juga menguatkan hasil
kesimpulan ini, yang tingkat kesembuhannya berbeda-beda, tergantung pada
kondisi sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri, jenis penyakit, sebab-sebab dan
periodisasinya. Dengan bentuk keumuman lafaz dalam hadis, dapat ditafsiri
sebagai suatu kesesuaian dengan berbagai pendapat di atas, yang disampaikan
oleh para pen-syarh hadis," imbuhnya.