Sunday, May 29, 2011

Hati-Hati dengan Minuman Kaleng dan Plastik

Bagi Anda yang biasa minum minuman kaleng atau air mineral yang
dikemas dalam gelas atau botol, supaya berhati-hati. Karena anda berpeluang
besar terkena penyakit leptopsirosis.
Leptopsirosis sebenarnya adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia
sehingga disebut penyakit zoonosis. Penyebab penyakit ini adalah bakteri yang
berbentuk spiral bernama leptospira. Meski penyakit leptospirosis umumnya terjadi
saat banjir saja. Namun, pada kenyataannya, penyakit ini harus diwaspadai kapan
saja selama di lingkungan kita berkeliaran hewan pengerat, bahkan hewan ternak.
Saat banjir sudah surut pun penyakit ini masih bisa menyebar melalui sisa-sisa lumpur
yang terkontaminasi bakteri leptospira.
"Bakteri ini sudah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Pertama kali
ditemukan di Jerman. Bakteri leptospira ini ada di pelosok dunia, dan variannya pun
ratusan," papar dr Thomas Suroso MPH, ahli penyakit bersumber binatang. Selama
ini leptopsirosis juga kerap disebut penyakit kencing tikus. Tapi, pada kenyataannya,
tidak hanya tikus yang bisa membawa bakteri lepstospira, termasuk juga hewan
ternak seperti kambing dan sapi.
Bakteri itu dapat menyerang liver serta ginjal hewan-hewan tersebut, lalu masuk ke
dalam urine mereka. Goresan atau luka pada pada kulit seseorang dapat menjadi
pintu gerbang masuknya urine yang terkontaminasi bakteri leptospira tersebut.
Bahkan, urine manusia yang terserang leptosira juga berpotensi menularkan
penyakit leptospirosis.
Leptospirosis memang wajar ditakuti di kala banjir sebab air banjir menjadi
kendaraan yang efektif untuk menyebarkan bakteri leptospira. Bakteri tersebut
dapat tahan hidup di air selama berminggu-minggu hingga bulanan. Namun jika air
yang terkontaminasi dimasak hingga mendidih, bakteri ini langsung mati. Cairan
pembersih lantai yang mengandung desinfektan sudah cukup efektif membunuh
bakteri leptospira.
Karena itu, ketika membersihkan sisa banjir harus pakai sepatu boot karet dan
sarung tangan karet. Kalau seseorang mempunyai luka terbuka atau eksim di kulit
sebaiknya jangan ikut melakukan kegiatan kebersihan. Sayur dan buah juga harus
dicuci bersih kalau perlu dengan sabun khusus buah dan sayuran.
Karena variannya yang sangat beragam, maka metode vaksinasi untuk mencegah
penyakit ini relatif sulit dilakukan. Dari sekian banyak varian bakteri leptospira, salah
satu yang relatif ganas adalah varian Leptospira ictero-haemorrhagica. Bakteri
leptospira varian tersebut juga terdapat di Indonesia.
Gejala terserang bakteri tersebut pada awalnya seperti flu, misalnya sakit kepala,
meriang, nyeri tenggorokan, muntah, juga diare. Kemudian, bisa pula terjadi
perdarahan di bawah kulit mirip demam berdarah. Perdarahan juga bisa terlihat
pada air urine pasien. Komplikasi ke selaput otak dapat menyebabkan gejala nyeri
luar biasa pada otot, misalnya otot betis. Orang yang terserang nyeri otot betis
tersebut bisa sampai sulit berjalan sehingga sering dikira lumpuh.
Pada demam berdarah melalui tes torniquet akan tampak bintik-bintik merah di
kulit sekitar 20 titik per inci persegi. Kalau leptospirosis jumlahnya kurang dari itu. Dan,
masa inkubasi bakteri tersebut hingga muncul gejala kurang lebih 10 hari. Gejala
yang dapat muncul dan cukup khas dari penyakit tersebut adalah mata atau kulit
tubuh menjadi kekuning-kuningan. Seperti seseorang menderita sakit kuning. Hal itu
disebabkan liver orang yang terserang bakteri telah rusak oleh racun leptospira.
Serangan bakteri leptospira hingga hati, ginjal dan otak dapat terjadi jika pasien
terlambat ditangani, misalnya karena salah diagnosa. Karena gejalanya ada yang
mirip dengan demam berdarah, jadi kadang bisa dikira demam berdarah.
Penanganan terlambat pada penderita dapat mengakibatkan kefatalan yang
tinggi. Angka kefatalan bisa mencapai 40 persen, yang menyebabkan kematian
pada penderitanya. Dokter terkadang bisa saja tidak menduga seseorang telah
positif terkena leptospirosis. Namun melalui pemeriksaan serologis (serum darah)
dapat diperoleh kepastian apakah seseorang positif terserang leptospirosis.
Bakteri leptospira meskipun ganas ternyata sangat mudah penyembuhannya.
Antibiotika biasa, yang cukup murah seperti jenis amoxilin atau penisilin sudah
cukup efektif membunuh bakteri tersebut. Antibiotik tersebut mudah didapat,
termasuk di puskesmas-puskesmas. Hanya saja, pemberian antibiotik jangan sampai
terlambat.
Satu cara penularan yang luput dari perhatian kita adalah bakteri leptospira dapat
memasuki mulut lewat minuman kaleng atau air kemasan yang kita sedang minum.
Bila wadah kaleng atau plastik di toko atau warung yang umumnya menjadi
tempat aktivitas dan lokasi tikus bersarang sudah tercemar, disitu kuman leptospira
melekat. Kebiasaan menenggak minuman berwadah, entah kaleng atau plastik
tanpa terlebih dulu menyeka permukaan penutupnya, menjadi cara tak terduga
kita tertular penyakit leptopsirosis.
Waspadai penutup wadah minuman, dengan membersihkannya terlebih dulu
sebelum bibir kita menempel ke sana. Termasuk tentu piring, mangkuk, dan gelas di
rak cuci piring rumah kita, yang mungkin saja merupakan wilayah jalan tikus juga.
Bilaslah ulang peralatan makan minum di rumah selama masa banjir atau
sesudahnya, sebelum kita menggunakannya. Tak terkecuali di wilayah yang tidak
terkena banjir pun, bila leptospirosis sedang berjangkit, tetap perlu mewaspadainya
juga.
Penyakit leptospirosis bisa dengan gampang diobati, dan dapat disembuhkan.
Kejadian yang tak jarang terjadi, sebab penyakit ini luput didiagnosis atau
terlambat diobati. Oleh karena penyakit ini sering berjangkit selama masa banjir,
waspadai setiap gejala demam yang disertai nyeri otot dan kencing berdarah.