Sunday, May 29, 2011

Hati-Hati, Sulit Tidur Bisa Akibatkan Stroke

Sulit tidur tidak sama dengan begadang, walau keduanya sama-sama
terjaga di malam hari. Tapi, jangan sekali-kali menganggap remeh masalah sulit
tidur. Karena, gangguan tidur berpotensi menyebabkan stroke yang berujung pada
kematian.
Menurut Dr Olga Parra yang melakukan penelitian bersama tim peneliti dari
University Hospital Barcelona, Spanyol, kesulitan tidur atau 'sleep apnea' bisa
berdampak pada naiknya resiko stroke yang mengakibatkan kematian. Kesulitan
selama tidur kemungkinan disebabkan oleh adanya gangguan secara berkala saat
mengambil nafas.
Ini bisa menjadi resiko baru sebuah kematian yang disebabkan oleh stroke. Kesulitan
untuk tidur diperkirakan dialami hampir 20% orang dan setidaknya gangguan
pernafasan itu mengalami masa interval 10 detik atau lebih yang bisa dialami
selama 300 kali dalam semalam.
Dalam penelitiannya, Dr Olga Parra melibatkan 161 pasien penderita stroke untuk
melihat hubungan antara resiko stroke dengan gangguan tidur. "Penelitian kami
merupakan kali pertama yang menyebut adanya hubungan antara gangguan
tidur dan stroke yang bisa menimbulkan kematian," ujarnya.
Hubungan itu sangat jelas dimana gangguan tidur merupakan gangguan
pernafasan selama tidur karena terhambatnya aliran udara yang masuk ke dalam
paru-paru. Dr Olga Parra mulai melakukan monitoring atas penderita stroke setelah
pihak rumah sakit mendapati kenyataan adanya pasien yang mengalami stroke
setelah mengalami gangguan selama tidur. Selama hampir 30 bulan melakukan
penelitian, Dr Olga Parra menghadapi kenyataan bahwa 22 dari 161 pasien
meninggal dunia.
Setengah dari 22 pasien itu mengalami serangan stroke tahap kedua. Pasien yang
paling tinggi dari 161 pasien itu adalah penderita sulit tidur dan menduduki resiko
paling tinggi mengalami stroke. Demikian kesimpulan tim pimpinan Dr Olga Parra
yang dipublikasikan oleh the European Respiratory Journal.
Stroke merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian dan
terjadi jika aliran darah ke otak mengalami hambatan. Karena mengalami
hambatan maka aliran oksigen tidak bisa mengalir ke otak. Menurut WHO di tahun
2002 silam diperkirakan 5.5 juta orang meninggal diseluruh dunia karena stroke.
Mengomentari hasil penelitian Dr Olga Parra itu, Ludger Grote dari Sahlgrenska
Hospital, Swedia, mengatakan penelitian itu membuat orang makin memahami
peran gangguan tidur pada pasien penderita stroke.
"Studi Dr Olga Parra memperjelas potensi gangguan tidur pada penderita stroke.
Hal itu bisa menjadi sebuah pertimbangan untuk melihat implikasi untuk melakukan
manajemen stroke." Ujar Grote.
Kini Dr Olga Parra akan menyebarluaskan hasil studi mereka ke pusat rehabilitasi
'sleep apnea' di seluruh Spanyol untuk mengurangi angka kematian akibat stroke.
Lima tahun kedepan Dr Olga Parra berharap bisa dimunculkan hasil studi yang
baru. Terapi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan tidur ini, umumnya
para dokter memberikan pil penenang agar si pasien bisa tidur dan semua syaraf
dan organ tubuhnya agar bisa istirahat. Namun, cara pemberian pil tidak bisa
dilakukan terus menerus guna menghindari ketergantingan terhadap obat.
Cara lainnya, si pasien dianjurkan untuk tidak melakukan tidur siap dan diharapkan
bisa melakukan aktifitas apa saja yang membuat tubuh menjadi bergerak atau
lelah. Kemudian, pada malam harinya, bagi yang gemar membaca dianjurkan
untuk membaca dan mendengar musik bagi yang tidak suka membaca. Cara ini,
digunakan agar seluruh sistem syaraf dan organ dalam tubuh telah bekerja keras dri
pagi hingga malam, dan mencapai puncak keletihan pada malam harinya yang
bisa menyebabkan ia akan tertidur.
Namun, para dokter umumnya menganjurkan pasiennya untuk konsultasi kepada
psikiater, jika cara yang di atas tidak berhasil, untuk meringankan beban pikiran dan
perasaan yang mungkin menggayut seseorang sehingga menyebabkan terus
berpikir hingga waktu tidur. Stres, memang dianggap salah satu penyebab terbesar
seseorang mengalami gangguan tidur. Karena itu, seyogyanya diselesaikan dulu
akar stres tersebut dengan bantuan para ahli agar masalah gangguan tidur bisa
teratasi dengan baik.