Sunday, May 29, 2011

Hindari Konsumsi Vitamin Saat Puasa

Puasa memang membuat tubuh lemas karena asupan makanan ke
dalam tubuh berkurang. Namun, mengganti asupan yang kurang tersebut dengan
mengkomsumsi vitamin bukanlah cara yagn bijak. Karena bisa merusak
metabolisme tubuh.
Pada hakekatnya, tubuh manusia secara otomatis telah mampu beradaptasi
dengan berbagai keadaan. Saat menjalani ibadah puasa misalnya, di mana
kondisi fisik terasa lemas karena asupan zat makanan berkurang, secara alami zat
makanan yang berkurang itu telah diganti dengan cadangan lemak yang ada
dalam tubuh untuk dijadikan energi. Jadi, jika ada yang merasa terlalu lemas, itu
hanya sugesti dan besifat mengada-ada.
Ditinjau dari segi nutrisi, kebutuhan kalori pada tiap orang-orang pasti berbedabeda.
Pada umumnya, kebutuhan kalori untuk pria 2100 kalori, lebih besar dari
kebutuhan kalori wanita yang hanya 1900 kalori. Semua itu bisa diperoleh dari menu
makanan yang bervariasi sesuai dengan anjuran empat sehat lima sempurna.
Konon menu makanan yang baik itu terdiri atas 50% karbohidrat, 25% lemak, 10 -
15% protein, dan vitamin serta mineral sesuai dengan gizi yang dianjurkan. Lewat
komposisi makanan seperti itu, praktis vitamin-vitamin yang dibutuhkan bisa
tercukupi. Namun, di saat puasa memang ada kecenderungan nafsu makan agak
berkurang, lebih-lebih saat sahur. Soalnya, mata masih terasa berat atau
mengantuk saat hendak menikmati santap sahur. Maka, tak heran jika banyak
orang lalu menelan vitamin untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat itu. Untuk itu
perlu diingat, jangan menelan vitamin sembarangan. Sebaiknya, konsultasikan dulu
ke dokter. Vitamin itu bukan sebagai makanan pengganti (subtitusi). Yang penting,
kita harus makan yang sehat sehingga kebutuhan akan vitamin tercukupi lewat
makanan yang bervariasi.
Sangat dianjurkan agar berkonsultasi ke dokter apabila masih akan
mempergunakan vitamin. Karena orang awam tidak tahu berapa kebutuhan
dirinya akan vitamin dan mineral. Sebab, ada vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak, seperti vitamin A, D, E, serta K, yang jika dikonsumsi berlebihan akan
tersimpan dalam tubuh dan ini justru bisa berbahaya bagi metabolisme tubuh.
Kalaupun ingin minum vitamin, ada jalan yang agak aman untuk ditempuh: pilih
yang mengandung berbagai zat (multivitamin). Kalau membeli vitamin yang
komposisinya terdiri atas satu zat saja, dosisnya bisa beberapa kali lipat dari yang
dibutuhkan. Makanan alami tentu saja lebih aman. Karbohidrat bisa diperoleh dari
nasi, kentang, mi, jagung, dan lainnya yang biasanya dijadikan menu makanan
pokok. Sementara sumber protein ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan,
tempe, tahu, ayam, dan sebagainya.
Sedangkan sumber vitamin dan mineral ada pada sayuran, buah-buahan
berwarna kuning, hijau tua, atau merah. Pada waktu berbuka puasa dianjurkan
untuk makan secara bertahap dan yang disantap sebaiknya yang ringan dahulu.
Maksudnya agar lambung bisa menampung makanan yang kapasitasnya
meningkat secara perlahan-lahan. Selain itu ada baiknya tidak mengkonsumsi
makanan yang memiliki keasaman tinggi seperti cuka. Ini karena pada awalawal
puasa peningkatan asam lambung saat mendekati berbuka cukup tinggi. Namun
itu semua akan berjalan normal pada hari-hari selanjutnya.
Pada dasarnya lambung manusia itu kuat. Walaupun tidak terisi makanan dalam
waktu relatif lama, tidak akan terjadi iritasi pada lambung. Namun, penyebab iritasi
biasanya akibat kebiasaan makan yang tidak teratur, makan terlalu banyak atau
sedikit secara mendadak, mengkonsumsi makanan yang memiliki tingkat keasaman
yang tinggi, adanya zat kimia tertentu atau racun pada makanan, faktor alergi
makanan, kebiasaan merokok, minum alkohol, infeksi bakteri, atau virus. Makan
obat tertentu, stres, atau gangguan hormon pada saat haid dapat juga memicu
meningkatnya kadar asam lambung. (to/snr)