Sunday, May 29, 2011

Ipods Timbulkan Tinnitus

Kemajuan teknologi, di satu sisi memang bisa meningkatkan semangat
hidup. Namun, di sisi lain, ternyata bisa menganggu kesehatan. Ipods misalnya, alat
portable player canggih ini bisa menimbulkan penyakit tinnitus.
Musik salah satu cara pendongkrak semangat, musik membuat hidup lebih hidup,
tapi apa jadinya jika musik bikin telinga berdengung? Tentu bukan musik yang bikin
telinga 'ngungung', tapi perilaku kita mendengarkan musik yang membuat
pendengaran jadi tak tajam lagi. Para peneliti di Australia menemukan sekitar
seperempat pengguna iPods mengalami gangguan pendengaran. iPods mania
atau pemakai portable music players lainnya sering beresiko mengalami kenaikan
telinga berdengung (tinnitus) atau masalah pendengaran lainnya, kecenderungan
ini lebih banyak dijumpai pada pengguna iPods yang gila-gilaan memutar volume
iPods-nya.
National Acoustic Laboratories di Sydney meminta para responden mendengarkan
musik dengan volume sebanding dengan perangkat bermesin motor (misalnya
mesin bor). Para peneliti menemukan bahwa tingkat dengungan (tinnitus) akan
meningkat karena pendengaran tak bisa lagi mengadopsi kebiasaan normal
telinga mereka. Penelitian tersebut mencatat sekitar 25 persen responden
cenderung mendengarkan iPods ataupun portable musik lainnya dalam kapasitas
'bising' sebanding dengan tingkat kebisingan suara-suara pada alat pemotong
rumput maupun perangkat bermesin motor, dengan rata-rata intensitas diatas 85
decibels.
Dalam ukuran normal, orang dengan pendengaran normal audiogram-nya terletak
antara 0 sampai 20 decibels, lebih dari 30 decibels dengan rentangan sampai 100
desibel berarti ada gangguan pendengaran. Ukuran intensitas pendengaran
normal dicatat dalam bentuk audiogram, dimana audigram yang terletak antara
30 sampai 40 decibels termasuk gangguan ringan. Dari 40 sampai 60 decibels
termasuk skala sedang. Antara 60 sampai 90 desibel sudah berat. Sebagai
gambaran, bunyi mesin bor jalanan sama dengan 100 desibel. Mesin pesawat
terbang 120 desibel. Sedang ruangan yang tenang kira-kira sekitar 30 sampai 40
desibel.
"Menikmati alunan musik disco, menghadiri pesta dansa, bekerja di pabrik,
mendengarkan musik sambil berkendaraan atau hanya mendengarkan musik
didalam kamar, apapun kondisinya jika mengganggu telinga hal tersebut sudah
termasuk kategori kebisingan. Akan lebih baik jika mendengarkan musik dalam
frekuensi normal, mungkin gangguan ini tak tampak dalam waktu dekat namun tak
menutup kemungkinan memicu gangguan yang lebih berat beberapa tahun
mendatang," ujar Professor Harvey Dillon, penggagas penelitian.
Karena itu, tak heran, bila Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini sedang menggarap
proyek untuk mengetahu dampak dari kemajuan alat-alat canggih itu terhadp
kesehatan tubuh. Sebab, alat-alat itu diakui bisa mengeluarkan medan listrik dan
magnit yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dr. Wilfried Kreisel, Direktur Eksekutif Divisi Kesehatan dan Lingkungan WHO,
mengatakan bahwa proyek itu tidak hanya akan menjadi analisa ilmu
pengetahuan, namun bertujuan untuk membantu pemerintah dalam menentukan
kebijakan mereka tentang kesehatan masyarakat ke arah teknologi baru, demikian
keterangan yang dikutip kantor berita transnasional.
Para ahli WHO mengatakan bahwa studi-studi yang ada menunjukkan tidak ada
ancaman yang jelas dari barang-barang termasuk telepon seluler, microwave,
pengering rambut, alat pencukur, listrik dan mesin pemotong rumput bertenaga
listrik, terhadap kesehatan masyarakat. Medan elektromagnetik mewakili satu dari
banyak pengaruh lingkungan yang tumbuh paling cepat dalam kehidupan
manusia, dimana keresahan dan spekulasi tentang hal itu tengah meluas. Dampak
kesehatan seperti kanker, perubahan perilaku, kehilangan daya ingat, penyakit
Parkinson dan Alzhaimer, sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (AIDS), kematian
bayi, mendadak, dan banyak lainnya, termasuk naiknya tingkat bunuh diri, diduga
merupakan akibat dari medan elektromanetik.
Namun, WHO mengeritik studi-studi sebelumnya sebagai studi yang tidak terfokus,
sehingga hasilnya sering tidak bisa diperkaya secara bebas. Proyek itu bertujuan
untuk memberikan kewenangan dan kebebasan membandingkan tinjauan
terhadap literatur ilmu pengetahuan, dan mengetahui serta mengisi kekosongan
dalam ilmu pengetahuan dengan membentuk protokol bagi pelaksanaan riset.
Proyek WHO itu akan memperkirakan dampak lingkungan dan kesehatan dari
medan magnetik dan listrik yang diterima dalam waktu bervariasi dan dengan
frekuensi mulai dari nol hingga 300 GigaHertz (GHz) atau mendekati batas atas
gelombang radio.
WHO tidak akan meluncurkan proyek itu jika tidak ada laporan tentang dampak
potensial medan elektromagnetik ada beberapa studi di Swedia dan Amerika
Serikat serta negaranegara lain yang menunjukkan adanya hubungan antara
dampak kesehatan dengan medan elektromagnetik. Medan magnetik selalu
mengelilingi manusia, kemampuan untuk pergi, tinggal dan tidur Ini masalah yang
tidak bisa dihindari.
Dr. Tord Kjellstrom Direktur Kantor Kesehatan Lingkungan Terpadu dan Global WHO
mengatakan, aman untuk mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan
meyakini medan magnet dan listrik telah menimbulkan dampak kesehatan umum
yang besar. "Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa sejumlah epidemi baru
sedang menghampiri kita. Tetapi, saya kira pemicu kekawatiran itu adalah
cepatnya perkembangan ponsel," katanya. (to/sky/kpl)