Sunday, May 29, 2011

Olahraga Cegah Risiko Penyakit Jantung Koroner

Pengobatan medis yang kian canggih tidak serta merta berhasilmenyembuh penyakit. Masih membutuhkan satu hal lagi, yakni olahraga. Ternyatabanyak bergerak bisa mencegah risiko serangan penyakit, termasuk penyakitjantung koroner.Dewasa ini penanganan penyakit jantung koroner (PJK telah menjadi lebih baik.Selain menggunakan obat-obatan yang canggih, juga ada berbagai prosedurpembedahan yang makin hebat pula. Di antaranya pembedahan bypasspembuluh koroner, angioplastikoroner (menggunakan kateter khusus dengan balonkecil yang dapat dikembungkan), angioplasti laser, aterektomi koroner (denganalat khusus untuk mengikis plak), stent (tabung metal digunakan untuk menjagaarteri agar tetap terbuka).Namun, banyak pakar berpendapat, sebagian besar dari penurunan angkakematian dan penyakit jantung erat hubungannya dengan pola hidup. Terutamapengurangan kebiasaan merokok, perbaikan pola makan, dan kebiasaanmelakukan latihan olahraga. Kebiasaan berpola hidup sehat mempunyai banyakpengaruh pada penyakit jantung koroner. Faktor risiko dapat didefinisikan sebagaikebiasaan seseorang atau keadaan yang menunjukkan peningkatan risikoterhadap penyakit jantung koroner.Sampai tahun 1992 aktivitas fisik belum dimasukkan dalam daftar sebagai faktorrisiko penting yang dapat diubah. Termasuk di antaranya merokok, tekanan darahtinggi, dan tingginya kadar kolesterol darah.Dulu aktivitas fisik atau olahraga dimasukkan dalam daftar sebagai faktor risikokurang penting bersama-sarna dengan obesitas (kegemukan), stres, dan diabetes.Sedangkan jenis kelamin pria dan meningkatnya usia merupakan faktor risiko yangtak dapat diubah. Penelitian soal faktor risiko PJK sebenarnya sudah lama dilakukan.Antara lain dilakukan pada 1953, terhadap supir bus yang dalam pekerjaan sehariharinyaduduk saja mengendarai bus. Ternyata, mereka memiliki risiko menderitaPJK lebih besar daripada kondekturnya yang banyak bergerak dalam busbertingkat untuk mengumpulkan tiket.Ada lagi penelitian yang dilakukan tahun 1970 oleh dr. Paffenharger dengan timpenelitinya. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui, ternyata para pekerjapelabuhan di San Francisco yang dalam pekerjaannya sedikit menggunakanfisiknya memiliki risiko menderita PJK 60% lebih besar daripada teman-temannyayang banyak menggunakan fisik dalam pekerjaannya.Pada tahun 1975 hasil penelitiannya menyatakan bahwa alumni perguruan tinggiyang aktif secara fisik menyimpan risiko menderita PJK lebih rendah daripadamereka yang tidak aktif. Ditambah banyak lagi penelitian lain, dapatlahdisimpulkan bahwa mereka yang tidak aktif bergerak, erat hubungannya denganPJK.Apakah hasil penelitian itu juga berlaku untuk wanita? Dalam suatu penelitian dariUniversitas Washington di Seattle dinyatakan, risiko mengalami serangan jantungpada wanita menurun50% dengan melakukan latihan-latihan sedang, berupa jalan kaki selama 30 - 45menit, sebanyak tiga kali seminggu. Penelitian lain dihasilkan dari sekolahkedokteran dari Universitas Brown di Providence, Rhode Island. Hasilnya, wanitayang kurang cukup aktif bergerak memiliki kemungkinan lebih dari dua kali lipatmengalami PJK daripada wanita yang cukup bergerak.Banyak penelitian menyatakan, kurang aktif bergerak pengaruhnya pada risiko PJKsama tingkatannya pada pria atau wanita. Pada orang-orang bugar umumnyafaktor-faktor risiko mereka terkendali dengan baik. Lagi pula jantungnya lebih besardan lebih kuat, yang mempengaruhi pada peningkatan suplai darah dan oksigen.Demikian pula pembuluhpembuluh darah arteri koronernya dapat lebihmengembang dan jadi lebih besar. Malah pada usia lanjut pembuluh-pembuluhdarah arteri koroner mereka pun tidak menjadi kaku. Hal paling penting yangmembuat orang-orang aktif bergerak memiliki hanya kecil kemungkinan mengalamiPJK adalah semua faktor risiko mereka terkendali.Latihan-latihan olahraga selama 30 menit setiap kali berlatih dengan intensitassedang sudah dapat menurunkan risiko PJK. Latihan yang lebih keras dan dalamjumlah lebih banyak dapat lebih menurunkan risiko itu, meskipun penurunanrisikonya tidaklah linier. Latihan olahraga dikatakan memiliki intensitas sedangapabila denyut nadinya mencapai kurang lebih 70 - 75% dan denyut nadimaksimal. Denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi umur dalam satuan tahun.Jadi, misalnya, untuk seseorang berusia 40 tahun, dikatakan latihannya berintensitassedang bila setelah latihan denyut nadinya bisa mencapaf antara 70 - 75% dari 220- 240, yakni antara 126 - 135 denyut per menit.Banyak penelitian mengingatkan untuk tidak salah mengerti bahwa latihan-latihandengan intensitas seenaknya saja sebenamya tidak memadai. Dr. Timo Lakka dariUniversitas Kuopio di Finlandia mengadakan penelitian selama lima tahun terhadap1.453 pria tengah baya yang pada permulaan bebas dari PJK. Dia menggolongkanmereka berdasarkan frekuensi dan intensitas latihannya. Hasilnya, mereka yangmelakukan latihan olahraga dengan intensitas sedang sampai keras paling sedikit2,2 jam per minggu, maka risiko menderita PJK kurang dari separo dari merekayang tidak melakukan latihan olahraga secara teratur. Selain itu, hanya latihanlatihanolahraga aerobik dengan intensitas sedang sampai keras, seperti jalancepat, joging, bersepeda, dan lainnya, dapat memberikan perlindungan.Aktivitas fisik yang intensitasnya ringan-ringan saja - seperti jalan-jalan pelan,memancing, berkebun, dan lainnya - tidak menurunkan risiko penyakit jantungkoroner. Jadi, dapat disimpulkan, untuk mengoptimalkan manfaat dari latihanlatihanolahraga dalam usaha kita untuk menanggulangi penyakit jantung koroner,lakukan latihan dengan takaran yang cukup (sedang sampai keras), di sampingpengaturan pola hidup yang benar. Latihan-latihan olahraga pun harus dilakukanuntuk seterusnya. Olahraga memang kontrak seumur hidup, sebagaimanakomitmen menjaga kesehatan selama seumur hidup. (to/ints)