Wednesday, June 1, 2011

Stres, Turunkan Kekebalan Tubuh

Orang sering bilang, jangan stres nanti bisa sakit. Stres juga sering
dikaitkan dengan makin buruknya kondisi kesehatan seseorang. Lalu, apa kaitannya
antara stres dan penyakit?
Memang, banyak fakta di lapangan yang telah membuktikan mengenai kuatnya
stres dan kesehatan seseorang. Fakta-fakta yang mengungkap bahwa orang sakit
bahkan sampai meninggal dunia diduga kuat berasal dari stres. Berbagai riset telah
menunjukkan kaitan antara keduanya, tapi kaitan itu tidak selalu mudah. Karena
stres mempengruhi kesehatan fisik melalui beberapa cara, seperti yang
dikemukakan oleh Camile Wortman dan kawankawan.
Pertama, stres berpengruh lansung terhadap keseahtan fisik. Dalam hal ini stres
meenyebabkan perubahan fisik dan psikis yang memberi kontribusi pada
berkembangya suatu penyakit. Misalnya, karena stres maka daya imum atau
kekebalan tubuh seseorang menjadi berkurang dan melemah, sehingga
membuatnya rentan terserang flu,masuk dan lain-lain. Namun, tidak dengan serta
merta dapat dikatakan bahwa orang stres pasti akan sakit karena ada banyak
faktor lain yang ikut mempengaruhi.
Kedua, faktor kepribadian dapat mempengaruhi apakah seseorang akan mudah
sakit atau tidak. Orang yang pesimistis akan lebih mudah stres dan mengalami sakit
ketimbang orang yang optimis.
Ketiga, faktor perilaku juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami sakit karena stres. Misalnya, karena stres orang itu jadi sulit tidur, merokok
lebih banyak, minumminuman yang mengandung alkohol, makan dan minum
secara ngawur dan lain-lain faktor yang memudahkannya terkena suatu penyakit.
Keempat, stres juga bisa memicu timbulnya 'perilaku sakit' seperti insomnia, fatik,
gelisah dan depresi.
Kelima, semua faktor tersebut mungkin saja saling berkaitan dan akhirnya
menyebabkan seseorang jatuh sakit setelah mengalami stres. Mungkin itu sebabnya
kadang kita menemui kasus-kasus sindrom kematian mendadak (sudden death
syndrome) yang sangat dramatis, sehingga stres tergambar sebagai sesuatu yang
menakutkan.
Para pakar telah melakukan banyak penelitian untuk mengetahui bagaiamana
kaitan antara stres dan sistem kekebalan tubuh (immune system) sehingga
memunculkan bidang baru yang disebut 'psychoneuroimmunoly'.
Dalam kaitan ini para ilmuwan ini ingin melihat bagaimana faktor-faktor psikologis
itu dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
meningkatnya risiko berkaitan dengan sejumlah penyakit, seperti aids,kanker, artritis
dan alergi. Sistem kekebalan tubuh itu ibarat pasukan yang menjaga tubuh dari
unsur luar yang disebut antigen. Tugas sistem imim ini adalah mendeteksi dan
mengindetefikasi antigen.Selain itu, juga menetralisasi dan menyingkirkan antigen
dari tubuh. Sel-sel yang mengerjakan tugas ini didalam 'lymphocytes' atau limpa.
Ketika bakteri menyerang, maka B-lymphocyte akan melindungi dan menetralisir
racunnya. Ketika virus, sel kanker, jamur, parasit muncul di dalam tubuh, maka Tlymphocyte
akan menyerang para penyerbu itu secara langsung.
Seberapa baik sistem kekebalan tubuh itu bekerja disebut 'immunocompetence'
yang dapat diukur dari aktif tidaknya lymphocyte dan kemampuan antibodi
menghadapi racun-racun dalam pemeriksaan di laboratorium.
Banyak bukti telah ditemukan mengenai kuatnya kaitan antara stres dan
menurunnya fungsi kekebalan tubuh. Stres ternyata dapat menurunkan
kemampuan sistem imum, sehingga tidak dapat berfungsi secara baik. Maka, tidak
berlebihan jika banyak par ahli menyarankan kita untuk melakukan banyak rileksasi,
belajar menyesuaikan diri dengan keadaan, menerima kenyataan hidup, dan
berbagai cara agar tidak terlalu stres menjalani hidup. (to/snr)