Wednesday, June 1, 2011

Tertawa Itu Bikin Sehat

Seandainya tertawa itu dilarang atau dikenakan pajak, apa yang akan
terjadi di dunia ini? Jawabnya, orang semakin gampang terkena serangan jantung
dan stres. Kenapa? Tertawa itu bagian dari spektrum emosi yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Hanya saja ada yang pelit, ada yang boros tertawa.
Tetapi jangan pelit-pelit karena tertawa bermanfaat bagi kesehatan.
Di negara maju, tertawa malah dibuat seperti terapi pengobatan, sebab
khasiatnya dinilai sama dengan meditasi. Terapi tawa ini membuat hidup lebih
sehat, tenang dan nyaman, serta menunjukkan getaran otak pada frekuensi
gelombang alfa yang membuat orang merasa rileks dan santai.
Bahkan, di Amerika telah dibuktikan bahwa tertawa bisa mencegah serangan
jantung. Menurut Direktur Centre for Preventive Cardiology Maryland Medical
Centre Baltimore, Dr M Miller, ada hubungan tertawa dengan serangan jantung.
Penyebab serangan jantung antara lain stres, yang memicu kerusakan endothelium
pembuluh arteri jantung dan mendorong terciptanya kolesterol dalam pembuluh
darah. Sedangkan tertawa bisa menghasilkan zat kimia (kemungkinan nitrioksida)
yang dapat memperlancar peredaran darah.
"Saat stres keluarlah hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar keras.
Saat tertawa, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan secara otomatis tercipta
efek antiadrenalin, ketegangan mereda dan tekanan darah menurun," urai Dr.
Miller.
Sebenarnya, saat seseorang tertawa lepas telah terjadi hembusan napas dan
dorongan kuat yang menyebabkan tubuh bergoyang di luar kendali. Hal ini terjadi
karena adanya tekanan dari otak. Lima belas otot wajah berkontraksi saat tertawa.
Sistem pernapasan bekerja sedemikian rupa sehingga mengembuskan napas
sambil mengeluarkan suara, dari sekadar suara lirih sampai menggelegar.
Tertawa merangsang berbagai bagian otak, bagian depan, tengah, sampai
hipotalamus. Tertawa sangat menunjang kesehatan karena menghambat aliran
kortisol, hormon stres yang meningkatkan tekanan darah, menjadi penangkal stres
yang paling baik, murah dan mudah. Satu analog yang mungkin bisa menolong
mengurai manfaat dari tertawa: 'Siang hari itu terasa menyesakkan. Udara panas
dan suasana mencekam menambah beban bagi Robert, yang sedang tegang
menghadapi ujian skripsinya. Pemuda ini tampak panik menerima bombardir
pertanyaan dari para penguji. Keheningan ruang ujian tiba-tiba pecah oleh
ledakan tawa para penguji. Rupanya, untuk mencairkan suasana seorang penguji
usil mengajukan pertanyaan yang jauh melenceng dari materi ujian. Menyadari
apa yang terjadi, Robert pun ikut tertawa lepas. Habis itu ia kelihatan santai dan
bisa menguasai diri serta lulus dengan predikat memuaskan.'
Tertawa, juga menangis, menurut dr. W.M. Roan, seorang psikiater senior, itu
pencerminan emosi manusia, yang merupakan bagian dari spektrum emosi yang
meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan, ketakutan, cinta kasih, kebencian,
dan kemarahan. Ekspresi diri tidak hanya berwujud gerakan, tetapi juga berupa
berbagai reaksi emosional yang bermacammacam itu.
Tidak hanya manusia, hewan pun bisa menunjukkan perasaan gembira dan sedih
dengan berbagai kegiatan dan gerakan. Anjing, misalnya, jika gembira, buntutnya
ke atas dan bergoyang-goyang atau kegiatan otot-ototnya meningkat. Tetapi
hewan tidak bisa tertawa dan menangis. Meskipun anjing bisa berkaing-kaing, itu
bukan menangis walau ekuivalen dengan menangis. Karena itu, banyak ahli tertarik
untuk membahas ihwal tertawa dan menangis, termasuk dampaknya bagi
kesehatan.
Dampak tertawa ini bahkan pernah bikin geger dunia kedokteran. Norman Causins,
seorang redaktur Saturday Review di AS, menderita penyakit aneh dan langka.
Penderita penyakit ini bakal tersiksa dan merasakan sakit yang luar biasa, meskipun
hanya menggerakkan sedikit bagian tubuhnya. Menurut dokter, kesembuhan bagi
Norman sangat kecil, 1 : 500. Berbagai obat sudah dicoba, tetapi kesehatannya tak
kunjung membaik. Suatu ketika Norman terilhami sebuah kalimat yang dulu ditulis
oleh seorang raja yang hidup sekitar 2.000 tahun lalu, "Hati yang puas, obat yang
sangat ampuh."
Atas persetujuan dr. William Hitzig yang merawatnya, Norman menggantikan semua
obat yang diminumnya dengan banyak tertawa plus mengonsumsi vitamin C.
Berbagai film komedi dia tonton, sehingga ia bisa tertawa terbahak-bahak. Pada
hari kedelapan setelah menjalani terapi tersebut ia sudah bisa menggerakkan
jempolnya tanpa rasa sakit. Juga tertawa selama 10 menit bisa membuat dia tidur
pulas selama 2 jam. Akhirnya, penyakitnya berangsur sembuh, kemudian hilang
sama sekali. Pengalamannya itu kemudian dibukukan dalam An Anatomy of Illness.
Dr. Lee Berk, seorang imunolog dari Loma Linda University di California, AS, pernah
bilang, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu
efinefrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit. Dalam
riset lain dr. Rosemary Cogan dari Texas Tech University menemukan bukti bahwa
rasa nyeri atau sakit akan berkurang setelah tertawa. Tidak itu saja, kekebalan
tubuh pun bisa meningkat.
Mengapa orang perlu tertawa? Tertawa itu pada dasarnya sehat kalau dilakukan
oleh orangorang yang normal. Tetapi kalau tawa itu dicetuskan oleh seseorang
yang mengalami gangguan jiwa, dengan sendirinya tidak sehat, karena tawa itu
untuk bereaksi terhadap halusinasi akan perasaan yang tidak-tidak.
Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, "diatur" oleh pusat emosi di dalam struktur
otak yang dinamakan sistem limbik (limbic system). Sistem yang juga berhubungan
dengan aspek-aspek tingkah laku tertentu ini bentuknya seperti lingkaran sehingga
oleh seorang ahli bernama Papez dinamai lingkaran bergema.
Papez menemukan hal ini karena ketika intinya dirusak, orang yang bersangkutan
menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau. Artinya, secara tidak
sengaja orang ini bisa mudah marah, tetapi gampang pula tertawa terbahakbahak
meski tidak ada yang lucu. Itu karena lingkaran yang juga merupakan pusat
emosi manusia itu terputus. Kalau salah satu bagian dari lingkaran ini rusak, memori
orang itu juga akan hilang. Itu juga yang terjadi pada orang pikun, karena salah
satu bagian lingkaran ini rusak.
Dalam keseharian ada orang yang mudah tertawa, namun ada juga yang tidak.
Misalnya, dalam menonton lawakan. Ada dua hal penyebabnya. Pertama,
mungkin orang sudah mengetahui materi gurauannya sehingga dia tidak
menghadapi keadaan krisis yang bisa mencetuskan tawa. Kedua, orang
melihatnya tidak dari sudut kejenakaan, tetapi dari sesuatu yang
diinterpretasikannya sebagai hal yang tidak lucu atau biasa saja.
Bukan berarti kelompok yang tidak gampang tergelitik "urat tawanya" itu tidak
memiliki sense of humor. Sense of humor itu berbeda-beda bagi beberapa orang.
Contohnya, di Indonesia seorang pelawak harus berpakaian lucu, yang mukanya
aneh, yang semuanya harus lucu, sehingga orang sudah tertawa dulu sebelum dia
melucu. Tetapi pelawak di negara lain, pakaiannya tidak aneh-aneh, tapi
ngomongnya sangat witty (cerdas dan menggelitik - Red.). Untuk mencari bukti
yang lebih kuat dan akurat tentang manfaat tertawa bagi kesehatan, dr. Cogan
melakukan studi eksperimental terhadap dua kelompok mahasiswa. Kelompok
pertama mendengarkan kaset lawak dan kelompok kedua mendengarkan kaset
kuliah matematika atau kelompok yang sama sekali tidak mendengarkan apa-apa.
Terhadap para kelinci percobaan itu sebelum dan sesudahnya dilakukan uji
kepekaan terhadap rasa sakit. Ternyata mereka yang mendengarkan kaset lawak
memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam menahan rasa sakit.
Sementara itu dr. William Foy dari Universitas Stanford bilang, tertawa terbahakbahak
amat bermanfaat bagi orang sehat. Hasil penelitiannya menunjukkan,
tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-goyangkan otot perut, dada, bahu,
serta pernapasan, sehingga membuat tubuh seakan-akan sedang joging di
tempat. Sesudah tertawa demikian tubuh terasa rileks dan tenang, sama seperti
orang habis berolahraga.
Tertawa juga akan melatih diafragma torak, jantung, paru-paru, perut, dan
membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernapasan. Di samping itu tertawa
sangat ampuh untuk meringankan sakit kepala, sakit pinggang, dan depresi. Dokter
William Frey, seorang pakar biokimia dan direktur Dry Eyes and Tears Research
Center di Mineapolis, AS, menyatakan tertawa akan menggerakkan bagian dalam
tubuh, mengaktifkan sistem endokrin sehingga mendorong penyembuhan suatu
penyakit. Menurut hipotesisnya, tertawa akan merangsang otak untuk memproduksi
hormon tertentu yang pada akhirnya akan memicu pelepasan endorfin (zat
pembunuh rasa sakit) yang diproduksi oleh tubuh
Penelitian Prof. Dr. Lucille Namehow, seorang pakar yang menangani proses
penuaan dari Connecticut, AS, menyodorkan fakta bahwa tertawa bisa membantu
mereka yang sudah tua renta untuk tetap awet tua, sementara yang muda tetap
awet muda, serta mempererat hubungan antara anggota keluarga.
Karena dianggap memberikan dampak positif, maka di AS kini banyak dokter yang
menerapkan terapi tertawa dalam proses penyembuhan para pasien mereka.
Meskipun dianggap baik, tertawa sebenarnya masih bisa digolong-golongkan. Ada
tawa yang genuine (asli atau tulus), ada yang palsu, ada juga yang sekadar untuk
basa-basi. "Jadi dalam hal ini menangis dan tertawa itu masing-masing bisa
dibedakan secara nuansa: yang asli, naluriah, spontan, menuju ke yang tidak
spontan, dibuat-buat, sampai yang palsu. Jika dibuat gradasi, antara ujung yang
satu dengan ujung yang lain itu berbeda banyak. Tapi yang di tengah-tengah itu
susah membedakannya, sehingga kita bisa salah duga," jelas Roan. (to/snr/ins)