Wednesday, June 1, 2011

Tertawa Dapat Membakar Kalori

Untuk mengurangi kalori tidak perlu melakukan lari, bersepeda atau
memompa zat besi yang ada, tapi menurut para ilmuwan yang dikutip Reuters
baru-baru ini, yakni cukup dengan tertawa keras selama 10 sampai 15 menit sehari
dapat membakar 10-40 kalori, jumlah tersebut terdapat pada sepotong kecil
coklat, tergantung pada berat tubuh seseorang. Namun, hal tersebut tidak cocok
dilakukan oleh penderita asma.
"Kami telah menghitung bila cara tersebut diterapkan setiap hari selama satu tahun,
maka sama dengan mengurangi sekitar dua kilogram berat badan," kata Dr Maciej
Buchowski dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, ketika
berbicara pada sebuah konfrensi yang membahas masalah kegemukan.
Dengan tertawa dapat membuat seseorang merasa sehat dan telah disebutkan
sebagai obat yang paling baik. Buchowski merasa yakin bahwa ia bersama para
koleganya adalah ilmuwan yang pertama kali mengukur berapa banyak energi
yang diambil untuk tertawa. "Kita menemukan bahwa orang yang tertawa
menghasilkan energi," katanya.
Para ilmuwan tersebut merekrut sekitar 100 mahasiswa yang berpasangan, baik
bersama temannya atau pasangan suami isteri, dan mengukur pengeluaran energi
untuk setiap pasangan tersebut ketika sedang menonton klip televisi komedi dalam
sebuah ruang metabolis.
Ruang yang ditutup itu memungkinkan para ilmuwan mengukur berapa banyak
energi yang dikeluarkan orang yang sedang tertawa tersebut, sementara sebuah
monitor jantung juga melacak tingkat detak jantung mereka.
Buchowski dan timnya, tidak memberi tahu kepada para mahasiswa tujuan
eksperimen tersebut. Mereka hanya disarankan agar tidak berbicara atau
bergerak. Karena menurutnya, tidak mudah menangkap tertawa asli seseorang,
karena jika anda cerita pada seseorang yang akan anda ukur tertawa mereka,
maka mereka akan terpaksa tertawa. Untuk mengukur tingkat sisa metabolisme
siswa, para ilmuwan tersebut menunjukkan pada mereka pemandangan situasi
daerah pedalaman atau luar kota di Inggris.
Para ilmuwan itu merekam, ketika mereka menyaksikan 10 menit komedi yang
diselingi setiap lima menit sekali dengan pemandangan kota selama lebih dari satu
jam. Setelah menganalisa rekaman tersebut para ilmuwan mulai mencari
gelombang mereka yang tertawa, dan menemukan hasilnya bahwa mahasiswa
laki-laki tertawanya lebih lama dibanding mahasiswa perempuan. Tertawa yang
paling lama adalah 40 detik per menit.
"Kita menemukan bahwa ketika seseorang tertawa maka akan ada peningkatan
sekitar 20 persen di atas rata-rata tingkat metabolisme dasar," jelas Buchowski.
Sebanyak 2000 delegasi dari 80 negara hadir dalam konferensi European Congress
on Obesity yang berlangsung selama empat hari pekan lalu. Setiap ilmuwan
mengakui, potensi tertawa merupakan suatu penyaluran emosi positif dan dapat
dianggap sebagai obat mujarab, karena akan memperbaiki fungsi aliran pembuluh
darah di tubuh kita. Tapi, sebaliknya bagi penderita asma tertawa dapat
membahayakan, karena tertawa dapat mencetuskan serangan asma.
Pendapat yang berbeda ini diungkapkan dalam pertemuan tahunan the American
Thoracic Society. Hampir dua pertiga penderita asma melaporkan bahwa serangan
asma yang timbul disebabkan karena tertawa yang mereka lakukan.
Dari 235 orang pasien yang dianalisa, 132 orang diantaranya (58%) melaporkan
bahwa tertawa menjadi pencetus serangan asma. Gejala yang ditunjukkan antara
lain, rasa penuh di dada, batuk, nafas menjadi pendek dan tidak lancar. Biasanya
pencetus asma yang diketahui adalah olahraga, hanya sedikit yang tahu bahwa
tertawa juga dapat menjadi pencetus asma.
Dan tidak peduli apakah itu tertawa biasa atau tertawa hingga terbahak-bahak.
Reaksi emosional akan membuat jalan nafas menyempit. Mekanisme yang terjadi
sama dengan mekanisme yang terjadi pada asma dengan pencetus olahraga.
Sedangkan jenis asma yang lain adalah akibat alergi.
Dari 235 orang pasien tersebut, mereka dilakukan evaluasi selama 18 bulan untuk
mengetahui apa saja yang menjadi pencetus timbulnya asma. Mereka dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan tertawa sebagai pencetus asma
dan kelompok lainnya sebagai sisanya.
Hasilnya, tidak ditemukan perbedaan pada pencetus asma lainnya, selain tertawa,
pada kedua kelompok. Dan dari kedua kelompok, tidak ada perbedaan bagi dari
segi usia, riwayat asma dalam keluarga maupun lamanya asma yang diderita.
Penemuan yang bermakna hanyalah, penderita dengan tertawa sebagai
pencetus asmanya lebih sering mengalami serangan asma akibat olahraga,
sebanyak 61%, dibanding dengan penderita bukan dengan tertawa sebagai
pencetus asmanya (35%). Pada kedua kelompok, beratnya serangan asma tidak
berhubungan dengan apakah ada atau tidaknya serangan asma akibat
tertawa.(to/reuters/is)