Sunday, May 29, 2011

Jangan Anggap Remeh Sembelit

Dalam suatu penelitian, ternyata sembelit, atau sulit buang air besar,
punya andil besar dalam menyebabkan kanker usus. Padahal, jenis kanker ini,
merupakan salah satu yang penyebaran sel-sel kankernya relatif cepat di dalam
tubuh.
Sayangnya, orang-orang sering menganggap remeh hal ini. Sehingga, baru pergi
ke dokter, ketika kondisinya sudah begitu parah dan sulit ditangani lagi. Menurut US
National Library, kanker usus merupakan penyebab kematian kedua terbesar akibat
kanker di USA setelah kanker paru-paru. Setiap tahun terdapat 130.000 kasus baru
dengan tingkat kematian lebih dari 50.000 orang, dan 97% di antara penderita
kanker usus berumur di atas 40 tahun.
Bagaimana di Indonesia, laporan kanker usus juga banyak. Rumah sakit kanker
Dharmais terdapat 6,5 persen pasien yang diperiksa saluran cerna bagian
bawahnya (koloskopi). RUSD Banjarmasin mencatat 32% pasien dengan
pendarahan anus. Sedang RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mendapati
rata-rata 50 pasien baru setiap tahunnya yang menderita kanker usus.
Berkaitan dengan kanker usus, terdapat pro dan kontra tentang hubungan antara
kesulitan buang air besar dengan kanker usus. Sebagian yang pro melihat serat
dapat mempercepat waktu transit makan dari masuknya makanan hingga keluar
sebagai feses (tinja), sedangkan yang kontra meragukan manfaatnya.
Percepatan waktu transit makanan memiliki dua manfaat. Pertama, terhindar dari
penyerapan kembali air dan juga penyerapan zat-zat berbahaya yang bersifat
karsinogenik (penyebab kanker) dari feses oleh usus. Akibatnya feses tidak menjadi
keras, sehingga terhindari dari konstipasi atau kesulitan buang air besar. Buang air
besar jadi lancar, tuntas dan tidak keras. Kedua, terhindar dari terbentuknya
tumor/kanker usus akibat terjadi kontak antara zat karsinogenik yang bersifat
merusak sel tubuh dengan dinding usus.
Menurut sebuah survei sebuah lembaga riset di Jakarta, beberapa waktu lalu, 20%
penduduk Jakarta mengalami susah BAB (buang air besar). Separuh dari angka
tersebut, ternyata frekuensi BAB-nya antara 2-3 hari sekali,sedangkan sisanya, walau
BAB setiap hari tapi dengan keluhan keras, tidak tuntas dan tidak lancar.
Sedangkan penelitian puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001 mendapati bahwa
konsumsi serat penduduk Indonesia hanya 10,5 gram. Tingkat konsumsi serat ini baru
memenuhi sepertiga angka kecukupan serat yang direkomendasikan lembaga
kesehatan dunia, yaitu berkisar 25- 35 gram/hari.
Menurut laporan World Cancer Report bulan April 2003, pada tahun 2020, penderita
kanker di dunia akan meningkat 50% menjadi 15 juta orang. Salah satu kanker yang
menonjol peningkatan jumlah penderita dan kematiannya adalah kanker usus. Saat
ini ada sekitar 1 juta orang penderita baru yang terdeteksi kanker usus ini, dan
hampir 0,5 juta diantaranya tidak tertolong nasibnya alias meninggal dunia.
Penelitian oleh para dokter di North Carolina AS, menemukan, bahwa susah buang
air besar meningkatkan risiko kanker usus hingga dua kali lipat. Jadi, bila ingin
terhindar dari kanker usus dan memiliki kesehatan jangka panjang yang baik,
biasakan olahraga teratur, buang air besar setiap hari. Dan, konsumsi sayur dan
buah setiap hari.
Para peneliti tersebut juga melihat kaitan yang erat antara kurangnya konsumsi erat
dengan berbagai macam penyakit seperti sembelit, wasit, kanker usus, kegemukan,
kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner dan kencing manis. Karena itu, jangan
anggap sepele sembelit, semakin sering mengalami kesulitan buang air besar yang
disertai dengan keluhan keras, mengejan, berdarah atau tidak tuntas, semakin
tinggi resiko kanker usus. (to/is)